Assalamu'alaikum wr wb.
Apa kabar akhii & ukhti? Semoga sehat wal'afiat dan selalu berada di dalam lindungan-Nya. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang kandungan Surat Al-Kautsar. Nah sama seperti namanya nih, Irmas Al-Kautsar. Supaya bisa mengerti makna dan arti dari nama "Al-Kautsar", yuk simak bacaan berikut...
Surat Al-Kautsar adalah surah yang terdiri dari 3 ayat dan tergolong surat Makkiyah (surat yang
diturunkan sebelum hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah). Penamaan
surah ini diambil dari kata terakhir dari ayat pertama yaitu Al-Kautsar.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)" (Q.S. Al-Kautsar ayat 1-3)
Ayat pertama:
Apa itu Al-Kautsar? Ternyata, ada 2 penafsiran di kalangan para ulama ahli tafsir tentang makna
Al-Kautsar.
1). Al-Kautsar adalah sebuah sungai yang berada di Al-Jannah (surga) yang
Allah SWT persiapkan untuk Rasulullah SAW. Al-Imam Ibnu Katsir
menyebutkan sebuah riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, “Suatu hari
Rasulullah SAW sempat terkantuk hingga tertidur. Tiba-tiba Rasulullah SAW mengangkat kepalanya sambil tersenyum, kemudian para sahabat
bertanya kepada beliau, ‘Kenapa engkau tersenyum wahai Rasulullah?’ Rasulullah
menjawab, “Sesungguhnya baru saja turun kepadaku sebuah surat.” Kemudian beliau
membaca ayat pertama dari surat Al-Kautsar hingga ayat terakhir.
”Tahukah kalian apa itu Al-Kautsar?, para sahabat menjawab “Allah dan
Rasul-Nya saja-lah yang lebih tahu”. Maka Rasulullah menjawab, “Dia adalah
sebuah sungai yang berada di Al-Jannah (surga) yang Allah SWT berikan
kepadaku dan padanya terdapat kebaikan yang banyak.” (HR. Al-Imam Ahmad 3/102).
2). Al-Kautsar berarti kebaikan yang sangat banyak. Sehingga Al-Kautsar
tidak hanya sebatas sebuah sungai yang ada di Al-Jannah (surga), karena
kebaikan yang Allah SWT berikan kepada
Rasulullah SAW sangat banyak, sebagaimana disebutkan dalam beberapa surat di
Al-Qur`an. Di antaranya ialah dengan dipilihnya Rasulullah SAW sebagai seorang nabi dan rasul, bahkan yang terbaik di antara para
nabi dan rasul. Juga dengan diturunkannya Al-Qur`an kepada beliau, satu-satunya
dari kalangan nabi dan rasul yang diberi izin oleh Allah SWT untuk
memberikan syafaat ‘uzhma di padang mahsyar, orang pertama yang Allah beri izin untuk membuka pintu Al-Jannah
(surga), diampuninya dosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang, dan
masih banyak kebaikan yang lainnya yang tidak terhitung. Sehingga itu semua yang
dimaksud dengan Al-Kautsar.
Makna yang kedua ini diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari rahimahullah dari sahabat Abdullah
bin Abbasradhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau berkata tentang makna Al-Kautsar, “Dia (Al-Kautsar)
adalah kebaikan-kebaikan yang telah Allah SWT berikan
kepada beliau (Rasulullah SAW)” (Shahih al-Bukhari no. 4966).
Pendapat yang kedua ini dikuatkan oleh al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dan beliau tegaskan
dalam kitab tafsirnya, ”Tafsir ini (tafsir Ibnu Abbas tentang Al-Kautsar)
meliputi banyak hal bahkan termasuk sungai yang berada di Al-Jannah (surga) dan
yang lainnya, dikarenakan Al-Kautsar itu sebuah kata yang berasal dari kata
al-katsrah (sesuatu yang banyak kuantitasnya) sehingga makna Al-Kautsar adalah
kebaikan-kebaikan yang banyak. (Tafsir Ibnu Katsir) Wallahu a’lam.
Ayat kedua:
Ada dua ibadah yang diperintahkan dalam ayat ke 2 ini, yaitu
ibadah shalat dan kurban. Maka shalatlah untuk Rabb-mu satu-satunya, ikhlaskan
niat, bersungguh-sungguhlah dalam melaksanakannya dan sembelihlah hewan
kurbanmu, baik berupa onta, sapi ataupun kambing, semuanya harus diserahkan dan
dipersembahkan hanya untuk Allah SWT satu-satunya. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata, “Disebutkan
secara khusus dua ibadah dalam ayat ini, dikarenakan keduanya (shalat dan
kurban) merupakan ibadah yang paling utama dan paling mulia untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Dalam shalat terkandung
ketundukan hati dan perbuatan untuk Allah SWT, dan
dalam ibadah kurban merupakan bentuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
sesuatu yang terbaik dari apa yang dimiliki oleh seorang hamba berupa hewan
kurban. (Tafsir as-Sa’diy hal. 936).
Dalam ayat kedua ini terdapat dalil penting yang terkait dengan hukum
dan tata cara dalam ibadah kurban bahwa proses pelaksanaan ibadah kurban itu
dilakukan setelah shalat Idul Adha, bukan sebelum shalat. Kesimpulan ini
dilihat dari ayat yang kedua :
“Maka
dirikanlah shalat karena Rabb-mu; dan berkurbanlah,” disebut shalat
terlebih dahulu baru kemudian menyembelih hewan kurban. Karena jika ibadah
kurban itu dilakukan sebelum shalat maka posisi dia bukan sebagai hewan kurban,
dagingnya bukan daging kurban akan tetapi terhitung sebagai daging sedekah
biasa. Hal ini pernah terjadi di masa Rasulullah SAW saat salah seorang sahabat yakni Abu Burdah radhiyallahu
‘anhu menyembelih
hewan kurbannya sebelum shalat Idul Adha, Rasulullah SAW bersabda, ”Kambingmu adalah kambing untuk (diambil)
dagingnya saja.” (HR. al-Bukhari no.5556 dari al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu
‘anhu). Dalam lafazh lain
(no.5560) disebutkan, “Barangsiapa yang menyembelih (sebelum shalat Idul Adha),
maka itu hanyalah daging yang dia persembahkan untuk keluarganya, bukan
termasuk hewan qurban sedikit pun.”
Rasulullah SAW juga bersabda dalam khotbah Idul Adha, “Barangsiapa
mengerjakan shalat seperti shalat kami dan menyembelih hewan kurban seperti
kami, maka telah benar kurbannya. Dan barangsiapa menyembelih sebelum
shalat (Idul Adha) maka hendaklah dia menggantinya dengan yang lain.” (HR.
al-Bukhari no. 5563 dan Muslim no. 1553).
Ayat
Ketiga:
“Sesungguhnya
orang yang membencimu dialah orang yang terputus.”
Ada
2 penafsiran tentang makna dari إِنَّ شَانِئَكَ :
Diriwayatkan
dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa makna dari
ayat diatas adalah
1.
“Sesungguhnya musuhmu.”
2.
“Sesungguhnya orang yang membencimu. (Rasulullah SAW)”
(Tafsir
ath-Thabari hal. 602)
Adapun
makna الْأَبْتَرُ ialah orang yang terputus tidak memiliki keturunan/tidak
memiliki generasi penerus atau bisa diartikan tidak adanya kelanjutan dari sisi
nasab
Disebutkan
oleh al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah bahwa salah
seorang ahlul kitab yang bernama Ka’ab bin al-Asyraf ketika datang ke kota
Mekah dan bertemu dengan kaum Quraisy, lalu mereka mengatakan kepada Ka’ab bin
al-Asyraf, “Bagaimana menurutmu wahai Ka’ab tentang orang yang tidak memiliki
keturunan lagi, memutus hubungan dengan kaumnya (yaitu Muhammad) dan menganggap
dirinya lebih baik dari kami, padahal kami adalah kaum yang senantiasa berhaji,
berkhidmat menjaga Ka’bah dan melayani serta memberi minum kepada jamaah haji?
Kemudian Ka’ab bin al-Asyraf menyatakan, “Kalian lebih mulia dibandingkan dia
(Rasulullah SAW).” Setelah pernyataan
tersebut turunlah ayat:
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
artinya,
“Sesungguhnya orang yang membencimu dia lah orang yang terputus.” (Lihat Tafsir
Ibnu Katsir 2/295). Terputus
dalam artian terputus dari setiap kebaikan, amalan, sanjungan. Adapun
Rasulullah SAW menjadi manusia yang paling sempurna dan
memiliki kedudukan di sisi seluruh makhluk, berupa tingginya pujian kepadanya,
banyaknya pembela dan pengikutnya. (Tafsir as-Sa’di hal. 936)
Nah, gimana akhii & ukhti? Sudah paham kandungan Surat Al-Kautsar? Semoga dengan
kita mengetahui tafsir surat Al-Kautsar ini akan menambah pengetahuan
kita tentang Al-Qur`an sehingga menjadi pendorong bagi kita untuk semakin
dekat dengan Allah SWT, semakin takut
akan adzab dan siksa-Nya. Semoga Irmas Al-Kautsar juga senantiasa diberikan kenikmatan yang banyak dari Allah SWT, sama seperti namanya :), aamiin.
Akhirulkalam, wassalamu'alaikum wr. wb.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar