Assalamu'alaikum akhi wa ukhti,
di posting sebelumnya sudah sedikit dibahas mengenai Tafakur Alam tanggal 26-27 Juni 2013 yang lalu. Di sini kami mau berbagi lebih dalam lagi nih tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang kami lakukan selama 2 hari di Ciburial. Untuk yang kemarin berhalangan ikut, bisa nge-stalk kegiatan-kegiatan seru TA di sini :) semoga bisa ikut menikmati serunya TA tahun ini dengan membaca tulisan berikut, dan semoga jadi lebih termotivasi dan tertarik untuk mengikuti TA tahun depan :) Selamat membaca....
Langit masih begitu gelap, sang mentari belum menampakkan dirinya. Dingin
pagi menusuk kulit kami namun tak menggentarkan semangat anak-anak IRMAS dan
Forlast serta beberapa guru yang akan melakukan suatu perjalanan, perjalanan
untuk lebih dekat lagi dengan alam, lebih dekat dengan sang Maha Pencipta. Ya,
hari itu tanggal 26 Juni kami pilih untuk melakukan Tafakur Alam yang memang merupakan
kegiatan tahunan IRMAS, dengan tempat tujuan Ciburial, Desa Tugu Utara,
Cikoneng – Bogor, selama dua hari satu malam.
Tepat pukul 6 pagi, dimulailah briefing sebelum berangkat dengan dipimpin
oleh Pembina IRMAS, Pak Asep Abdullah. Tak lama kemudian kami semua masuk ke
dalam bis. Kami sempat riweuh untuk mengatur tempat duduk yang jumlahnya
lebih sedikit dibanding jumlah peserta TA yang ikut kali ini, untungnya bisa
diatasi dengan adanya kursi tambahan yang sengaja dibawa untuk games disana.
Perjalanan yang memakan waktu lama serta waktu yang masih pagi membuat para
peserta memilih untuk tidur di awal perjalanan.
Di tengah perjalanan, panitia mengadakan kuis berhadiah dengan Narits &
Grandinarto sebagai MC untuk Ikhwan dan Novita juga Alifia untuk akhwat. Kuis
berlangsung dengan seru, apalagi ketika para peserta antusias untuk mendapatkan
hadiahnya. Kebersamaan keluarga IRMAS menyelimuti suasana dalam bis yang penuh
canda dan tawa.
Akhirnya bis berhenti, kami pun turun sambil membawa tas yang lumayan
berat. Kami belum sampai ke tempat tujuan, karena ternyata kami perlu berjalan
kaki ke atas sekitar satu jam lebih. Jalan yang kami lewati benar-benar
menanjak dan berkelok-kelok hingga membuat kami sedikit-sedikit berhenti untuk
beristirahat saking lelahnya berjalan. Setelah begitu jauh berjalan akhirnya
kami sampai ke tempat tujuan. Rasa lelah memudar perlahan mendapati pemandangan
sekitar rumah warga yang akan kami tempati begitu indah dan udara sejuk yang
tak bisa dirasakan di Tangsel.
Akhwat dengan dua guru pendamping yaitu Bu Widi dan Bu Erti menginap di
rumah Pak Ade, salah seorang warga yang tinggal disana. Sementara Ikhwan
bersama Pak Asep, Pak Djoko dan Pak Yatno tidur di rumah lain yang jaraknya tak
jauh dari rumah Pak Ade.
Setelah bersih-bersih dan makan siang, kami menuju ke masjid yang letaknya
lumayan dari tempat menginap kami. Cukup satu kata untuk mendeskripsikan
keadaan masjid ini: Bagus! Walaupun terlihat sederhana namun terasa nyaman. Yang
unik adalah dinding kaca yang menghiasi hampir setiap sudut masjid ini.
Mengingat betapa jauh dan melelahkannya perjalanan dari tempat bis berhenti
sampai tempat menginap, setelah shalat Dzuhur berjama’ah panitia memilih untuk
beristirahat sampai Ashar. Jam hampir menunjukkan pukul 2 siang dan akhirnya
panitia memutuskan untuk bersiap-siap memulai games outdoor.
Peserta dikumpulkan tepat pukul 2
siang dan dibagi menjadi 5 kelompok, 2 kelompok ikhwan dan 3 kelompok akhwat.
Mereka diminta untuk membuat nama dan yel-yel kelompok. Setiap kelompok mendapat
giliran untuk maju ke depan. Keseruan dan kekocakan pun terasa di lapangan
kecil itu, nama-nama kelompok seperti aljabar, sapi, gula, melas, kecebong
serta yel-yel yang mereka nyanyikan mengundang tawa diantara peserta dan
panitia.
Ada 4 games yang disediakan panitia seperti lomba estafet kelereng, balap
karung, ular-ularan dan juga tarik tambang. Semua games berlangsung dengan semangat
yang tinggi dari tiap kelompok dan seksi dokumentasi pun sibuk memotret-motret
jalannya acara games.
Tanpa terasa games berlangsung cukup lama dan hampir menjelang sore. Kami
pun kembali untuk mandi dan Shalat Ashar. Agenda pun berlanjut sampai tiba
waktu Maghrib. Bersama-sama kami menembus kegelapan malam untuk menuju masjid
melaksanakan shalat Maghrib berjama’ah, terlihat pemandangan yang luar biasa
indah dari atas. Pemandangan di bawah yang kami lihat dari puncak yang penuh
dengan lampu-lampu rumah bagaikan berlian yang bertebaran membuat kami takjub.
Subhanallah…
Al-matsurah dan Tadarus Al-Qur’an pun dilakukan setelah shalat Maghrib
sambil menunggu datangnya waktu shalat
Isya. Lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema di dalam masjid memberikan
ketenangan jiwa bagi siapa saja yang membacanya dengan khidmat :’)
Kami kembali ke tempat menginap sekitar pukul 19.30. Mendapati kabar bahwa
ustad yang akan mengisi tausyiah baru bisa datang jam 9 malam, terlambat satu
jam dari rundown yang sudah ditentukan maka untuk mengisi waktu luang pun tukar
kado dilakukan setelah panitia dan peserta makan malam. Ada yang unik dengan
makan malam kali ini, kami makan dalam nampan yang cukup untuk 4-5 orang.
Nasinya terasa sudah dingin namun tak mengurangi semangat kami untuk makan
dengan lahap. Terasa kuatnya kebersamaan antara
kami semua saat itu.
Setelah makan malam, kami harus berjalan lagi di tengah kegelapan dengan
bantuan senter yang menyinari jalanan rerumputan untuk menuju masjid dan
bertukar kado di sana. Acaranya berlangsung seru walaupun hanya sebentar yang kemudian dilanjutkan dengan sharing karena
ustadz yang kami tunggu masih dalam perjalanan, terjebak macet dan sulit
menemukan jalan menuju lokasi di mana kami berada.
Karena lelah untuk kembali ke tempat menginap, baik ikhwan dan akhwat memilih
untuk tetap di masjid menunggu ustadz. Sekitar jam 11 malam, Ustadz Subhanallah
pun datang. Dengan menahan rasa kantuk kami mulai mendengarkan tausyiah dari
beliau. Kami begitu larut dalam tausyiah beliau, yang mengajak dan mengingatkan
kami untuk berniat karena Allah dalam melakukan segala hal maka dengan begitu
tak akan pernah kita menyalahkan keadaan yang terjadi pada diri kita. Renungan dalam
hati dan tetesan air mata berjatuhan saat dilantunkan shalawat pada Nabi
Muhammad SAW. Begitu tenang dan damai saat-saat itu. Tanpa memedulikan waktu
yang semakin malam, cuaca yang amat dingin walaupun kami sudah memakai jaket,
kami tetap larut dalam tausyiah ustadz Subhanallah yang memberi manfaat besar.... *bersambung*
Tidak ada komentar :
Posting Komentar