Assalamu’alaykum akhi dan ukhti . . .
Pada kesempatan kali ini, admin akan mengulas ketauladanan
Muhammad Al-Fatih
·
"Pasti, akan ditaklukan Konstantinopel dan sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukannya" (HR. Ahmad)
Mehmed II bin Murad atau yang biasa dipanggil Muhammad Al-Fatih
adalah seorang heroik muslim yang mempercayai bisyarah Rasulullah SAW diatas.
Beliau dididik untuk menjadi penakluk konstantinopel. Bukan hanya secara fisik,
namun secara mental pun ditempa untuk menjadi penakluk konstantinopel.
·
Sultah Mehmed II dididik ayahnya Murad II bin
Beyazid untuk menguasai berbagai disiplin ilmu yang dibantu oleh dua ulama
yaitu Syeikh Ahmad Alkurani dan Syeikh Aaq Syamsuddin. Syeikh Ahmad Alkurani
adalah ulama yang mengajarkan Sultan Mehmed membaca dan menghafal Al-Qur’an
sehingga beliau dapat menghafal Al-Qur’an saat umurnya masih 8 tahun (subhanallah).
Sedangkan Syeikh Aaq Syamsuddin adalah ulama yang mengajarkan disiplin ilmu
yang lain.
·
Tidak dapat dipungkiri bahwa Syeikh Aaq
Syamsuddin adalah seseorang yang cukup berpengaruh dalam pembentukan kararakter
ksatria dalam diri Sultan Mehmed II. Hampir sebagian besar waktu Mehmed
dihabiskan dengan Syeikh Aaq syamsuddin. Transfer ilmu dan kepribadian terjadi
dimanapun, baik di madrasah, di masjid ataupun saat melaksanakan solat tahajjud
bersama-sama.
·
Selain mempelajari dan menghafal Al-Qur’an,
Sultan Mehmed II juga mempelajari berbagai disiplin ilmu seperti matematika,
fisika, astronomi, seni perang praktis, militer, dll.
·
Nabi Muhammad SAW telah sukses menyatukan suku
Arab di Jazirah yang terpecah belah, Nabi memotivasi mereka dengan ayat Allah, mendisiplinkan mereka
dengan shalat berjam’ah dan menempa
jiwa mereka dengan tahajjud serta mengikat mereka dengan ikatan aqidah yang satu, lalu mentaransformasikan mereka menjadi
satu kelompok terorganisir yang memiliki kekuatan hebat dan visi yang besar.
Hal inilah yang juga dicontoh Sultan Mehmed II dalam membangun pasukannya.
·
Kesadaran beliau bahwa kemenagan yang diraih
adalah semata-mata karena Allah SWT
·
Kesadaran beliau akan kemenangan yang diraih
bukan hanya dengan banyaknya pasukan dan dahsyatnya strategi. Ketaatan kepada
Allah-lah Sang Pemberi Kemenangan yang menjadi kunci.
Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi
ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta
menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan
supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).( Al-Fath : 1-3 )
·
See beyond the eyes can see. Sikap inilah yang
paling menonjol dalam diri Sultan Mehmed II. Melihat apa yang tidak terlihat. Kepercayaannya terhadap bisyarah
Rasulullah. Percaya akan balasan yang dijanjikan Allah SWT.
·
Bahasa dan sastra. Sultan Mehmed II menguasai
banyak bahasa seperti Turki, Persia, Arab, Yunani, Latin, Serbia, Hebrew, dan
Prancis. Dengan menguasai bahasanya, Sultan Mehmed II dapat mendapatkan
informasi kota-kota yang ingin ia taklukan. Dengan bahasa dan sastra, Sultan
dapat dengan baik menyampaikan ide dan mentransfer semangat jihad dalam
dirinya. (So, language is most important for Muslim to spread Islam)
maaf ya kalau ngawur ._.V
Dan Imam Ali mengingatkan agar selalu
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
“Berbicaralah kepada manusia dengan apa-apa
yang mereka pahami, apakah kau suka Allah dan Rasul-Nya didustakan?”
·
To do whatever it takes. Banyak muslim di dunia ini yang kalah
sebelum berperang, mereka belum mampu menunjukkan kemampuan yang maksimal yang
mereka miliki. Bahkan sejak awal mereka meragukan pencapaian yang
diinginkannya. Namun, tidak bagi Sultan Mehmed, sejak awal ia sudah menunjukkan
bahwa ia adalah seorang pemberani karena
agama Allah dan hal itu ditunjukkan melalui perbuatan dan kata-kata dalam
setiap kesempatan.
·
Penaklukan ini bukan masalah bisa dan tidak bisa namun mau
atau tidak mau. Hal inilah yang
diajarkan Sultan Mehmed II dalam kisahnya.
·
Sholat. Salah satu rahasia kemenangan Sultan
Mehmed II dalam upaya mewujudkan bisyarah Rasulullah SAW adalah kualitas amal
saleh dalam melaksanakan shalat.
“Kalau seandainya ada pemimpin
Muslim yang tidak pernah masbuq dalam shalatnya, dialah Sultan Muhammad
Al-Fatih”
(Syaikh Syamsuddin – Guru Fatih
Sultan Mehmed)
Sejak baligh Sultan Mehmed II dikenal
sebagai seseorang yang selalu menjaga shalatnya. Bukan hanya shalat lima waktu,
tahajjud dan rawatib pun tidak pernah ia tinggalkan. Bahkan pada saat sakit pun
beliau menyempatkan diri bangun pada sepertiga malam terakhirnya untuk
bersimpuh sujud di hadapan Rabb-nya.
Para ulama mu’tabar merumuskan dari
beberapa hadist Rasul yang menjelaskan kedudukan shalat dapat disimpulkan:
1.
Shalat merupakan mi’rajul mukminin
2.
Shalat sebagai tiang agama
3.
Shalat sebagai amal ibadah yang membedakan
antara umat Islam dan orang kafir
4.
Shalat merupakan ibadah yang pertama dihisab
Apabila umat Islam telah menegakkan
shalat secara sempurna, khusyu dalam shalatnya dan ikhlas dalam pengamalannya
maka akan memberikan dampak positif terhadap suasana batin, kejiwaan, atau
psikologis yang tentram.
Itulah sepenggal ketauladanan yang
dapat kita ambil dari sang penakluk Konstantinopel. Namun kita tidak boleh lupa
bahwa Rasulullah-lah sebenar-benarnya tauladan. Sultan Mehmed II hanya
perwujudan manusia yang menjadikan Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri
tauladan baginya.
Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab : 21)
Tulisan ini pun tidak bermaksud
menggurui. Admin pun bukan seseorang yang sudah seperti tulisan yang admin
tulis. Hal ini dimaksudkan hanya untuk dijadikan sebagai motivasi bagi kita
bersama. Mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan.
Semoga bermanfaat :D
Wallahu’alam..
Wassalamu’alaikum..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar